Penobatan Syamsul Arifin menjadi raja Batak oleh pengetua adat Negeri Limbong di Perkampungan Guru Tateabulan (Pusuk Buhit), Kecamatan Sianjur Mula-mula, Samosir pada 15 Mei menuai protes. Putra Batak, Jumongkas Hutagaol, menilai, pemberian gelar sebagai raja Batak itu sangat tidak pantas.
“Penobatan Bapak Syamsul Arifin, yang kebetulan saat ini menjadi Bupati Langkat sebagai Raja Batak oleh oknum-oknum tertentu itu dapat dikatakan terlalu maju. Bagi kami, hal itu bisa melukai hati dan martabat orang Batak. Lagipula, kalau Syamsul mau menyadari, hal ini justru bisa membuat simpati warga Batak padanya akan jadi berkurang,” ujar Jumongkas Hutagaol kepada para wartawan di Medan, Selasa (22/5) malam.
Namun demikian, pengusaha angkutan kota ini tidak menyalahkan Syamsul Arifin yang menerima penobatannya sebagai raja Batak. Sebab, bisa saja Syamsul diberi informasi yang salah tentang penobatan itu, sehingga bersedia menerimanya.
“Tidak tertutup kemungkinan ini adalah kerjaan lawan politik Syamsul dengan tujuan menjebak. Dengan demikian, Bupati Langkat itu menjadi sasaran empuk untuk diserang,” tambahnya.
Dia yakin hampir seluruh masyarakat Batak yang awalnya akan memberi dukungan pada Syamsul untuk menjadi salah satu calon Gubsu malah kini berbalik menjadi antipati.
“Kalau hanya penabalan marga untuk tujuan politik, hal itu sudah sering dilakukan. Barangkali itu belum menjadi persoalan yang serius. Tapi jadi raja Batak? Wah…wah…,” ujarnya dengan nada heran.
Jumongkas mempertanyakan kredibilitas orang-orang di sekeliling Syamsul Arifin yang dinilai harus lebih bertanggung jawab atas peristiwa ini. Jumongkas ragu orang-orang di sekitar Syamsul Arifin sebelumnya telah memperhitungkan dampak negatif atas pemberian gelar itu.
“Hanya saja ada pertanyaan, apakah figur sekaliber Syamsul Arifin memang tidak mengetahui segala persyaratan terkait penobatannya itu?” tanyanya.
Ia secara pribadi menolak penobatan itu, walau di kemudian hari Syamsul bisa saja terpilih sebagai Gubsu.
“Siapapun orangnya, kalau mampu dan punya komitmen untuk menjadi pemimpin semua golongan, tentu kita dukung. Lagi pula, kalaupun harus berpikiran sempit dengan memilih figur berdasarkan sukuisme, mau tak mau, tentu harus dilihat dulu bagaimana komitmennya terhadap orang Batak. Misalnya soal wakilnya, apakah dari kalangan orang Batak?” tegasnya.
Seperti diberitakan MedanBisnis sebelumnya, para Pengetua Adat Negeri Limbong menggelar acara adat penobatan Syamsul Arifin sebagai raja Batak. Penobatan itu ditandai dengan upah-upah ala Batak, pemakaian ulos dan topi, serta senjata khas Batak yang dilakukan secara berurutan oleh 4 tokoh adat Negeri Limbong, serta dilanjutkan penyerahan tongkat Raja yang dilakukan sesepuh suku Batak, Ricard Hutabarat.
Syamsul Arifin yang juga telah dinobatkan menjadi marga Silaban itu dalam sambutannya mengaku terharu atas pengangkatan dirinya sebagai raja Batak.
“Cukup banyak penghargaan yang saya terima sebelum maupun setelah menjadi bupati. Namun, pengangkatan sebagai raja Batak inilah yang paling mengharukan dan membanggakan. Karena saya meyakini, pengangkatan ini akan membawa berkah tersendiri buat saya,” katanya.
Sumber : (hendrik hutabarat) Medan Bisnis Online, Medan
Ada 4 tanggapan untuk artikel “Penobatan Raja Batak kepada Syamsul Diprotes”
Silahkan memberikan tanggapan !
Artikel sebelumnya :
» » Komisi II DPR Tegaskan Kepada Pansus Protap, RUU Propinsi Tapanuli Sudah Sedang Diproses di DPR
Artikel selanjutnya :
» » Pembentukan Provinsi Tapanuli Hampir Final
Pada tanggal 3 Januari 2008 jam 12:12 am
Pada tanggal 6 Februari 2008 jam 10:21 am
Pada tanggal 7 Februari 2008 jam 2:54 pm
Pada tanggal 2 Juni 2008 jam 2:11 pm